KLARAP / FLYING LIZARDS/FLYING DRAGON

Kamis, 10 Februari 2011

Hari rabo aku sedang bercengkrama di dalam rumah dengan teman teman selang beberapa saat aku mendengar sesuatu menabrak kaca rumahku lalu aku keluar dan ada seekor hewan mirip cicak berada di bawah kaca, aku amati lalu aku tangkap ,karena takut aku memakai sarung tangan. selang kemudian hewan itu aku masukkan aquarium dan ku beri makan ulat. Namun setelah 1 malam hewan itu tidak mau makan dan aku berniat melepaska karena kasihan.Aku terkejut karena hewan itu tak mau aku lepas ,ternyata jinak.

Setelah itu saya merenung kasihan sekali hewan ini dan akhirnya aku lepas di kebun rumah walau dengan perasaan berat ,aku letakkan di pohon kelengkeng .Inilah pertama kali aku memegang klarap . Sebelum aku lepaskan aku sempat mengabadikan fotonya.





Klarap, meski tidak termasuk binatang langka, tapi mungkin jarang orang bisa melihat dari dekat wujud hewan yang satu ini. Kebetulan, kemarin pagi ada klarap yang menabrak kaca jendela



Nah Langsung deh kuambil kamera. Sekedar ingin mengabadikan bahwa dia pernah menabrak jendela, sehingga mereka tidak perlu menggoreskan kalimat “Klaraps were here” di kaca jendela.


Penasaran dengan binatang ini, maka setelah bertanya kepada mbah google dan wikipedia, akhirnya ku ketahui riwayatnya.

Menurut wiki, klarap atau cecak terbang adalah sejenis reptile yang termasuk ke dalam suku (familia) Agamidae. Kadal lain yang masih sesuku adalah bunglon dan soa-soa (Hydrosaurus spp.). Cecak terbang sesungguhnya tidak termasuk kerabat dekat cecak seperti halnya tokek (suku Gekkonidae).


Kadal ini dikenal dengan nama ilmiah Draco volans Linnaeus, 1758. Nama lokalnya di antaranya adalah cekibar (Betawi), hap-hap (Sunda), dan celeret gombel atau klarap (Jawa). Dalam bahasa Inggris disebut flying lizards atau flying dragon. Hewan ini menyebar mulai dari Thailand dan Semenanjung Malaya di barat; Kepulauan Filipina di utara; Sumatra, Mentawai, Riau, Natuna, Borneo, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga Maluku di timur.




ciri-ciri

Kadal yang berukuran agak kecil, panjang total hingga 200 mm. Patagium (‘sayap’) berupa perpanjangan enam pasang tulang rusuk yang diliputi kulit. Sisi atas patagium dengan warna kuning hingga jingga, berbercak hitam. Sisi bawah abu-abu kekuningan, dengan totol-totol hitam.


Kepala berbingkul-bingkul, bersegi-segi dan berkerinyut seperti kakek-kakek; dengan kantung dagu berwarna kuning (jantan) atau biru cerah (betina), dan sepasang sibir kulit di kiri kanan leher. Rigi mahkota kecil, terletak di sisi belakang kepala. Mata khas kadal agamid, dengan pelupuk tebal menonjol. Binatang ini memiliki ekor sekitar 1½ kali panjang tubuh; berbelang-belang di ujung, dengan sisik-sisik yang berlunas kuat menjadikannya nampak bersegi-segi.


kebiasaan

Klarap biasa didapati di pekarangan, kebun, hutan sekunder. Kerap kali hewan ini teramati sedang berburu serangga di pepagan hingga ke cabang-cabang pohon. Terkadang klarap/cekibar berpindah tempat dengan cara ‘terbang’, yakni meloncat dan melayang dari satu pohon ke lain pohon.

Pada musim kawin, kerap dijumpai beberapa ekor jantan berkejaran dengan betinanya di satu pohon yang sama. Menyimpan telur di dalam tanah gembur atau humus di dekat pangkal pohon; betinanya menggali tanah dengan menggunakan moncong.

Klarap betina di leher ada warna biru


Jantan di leher ada warna kuning





Posting Komentar

0 komentar:

RAMALAN JODOH